Rabu, 24 November 2010

PEMBORAN LUBANG LEDAK

Klasifikasi batuan
Menurut para ahli geologi berdasarkan pada sumber atau asal (origin) batuan secara umum dibagi menjadi tiga golongan
Batuan beku
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma atau lava, yang mengalami proses pendinginan dan membentuk Kristal secara perlahan-lahan. Batuan beku dapat ditemukan sebagai batuan lelehan (extrusive), batuan korok dan batuan instrusi (intrusive).
Batuan sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan material-material hasil pelapukan yang tersusun secara berlapis menurut urutan waktu pengendapan. Batuan sedimen di bagi menjadi dua kelompok yaitu :
a.          Sedimen klasik, contohnya :  konglongmerat dan batu pasir.
b.      Sedimen insitu, contohnya : batu gamping, dolomite dan batu-bara.
Batuan metamorf
Batuan metamorf merupakan hasil dari suatu proses rekristalisasi yang terjadi pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Sifat-sifat dari batuan yang dihasilkan tergantung pada batuan yang terkena metamorphose dan seberapa jauh deformasi yang berhubungan dengan prosesnya.

Sifat-sifat teknis batuan
a)      Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dan material batuan dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Kekerasan batuan dapatjuga di pakai untuk menyatakan besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. ”Moh’s test” digunakan untuk menentukan nomor uruta macam-macam mineral, yang menyatakan kekerasan relative suatu mineral terhadap mineral lain. Dalam skala Mohs, suatu mineral akan dapat menggores semua mineral yang mempunyai nomor urutan lebih rendah.

Tabel 4 . Skala Fredrich van Mohs (1882)
Klasifikasi
Skala Mohs
Kuat tekan batuan          (MPa)
Sangat keras
Keras             
+7
6 - 7
+200
120 - 200
Kekerasan sedang
Cukup lunak
4,5 - 6
3 - 4,5
60 - 120
30 - 60

Lunak        
Sangat normal
2 - 3
1 - 2
10 - 30
-10
b)      Abrasiveness
Abrasivennes adalah suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor atau batang bor. Abrasiveness tergantung pada komposisi batuan tersebut, kandungan kuarsa dalam batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya untuk mengukur kehausan batang bor.
c)      Tekstur
Tekstur menunjukkan butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat porositas, density, dan ukuran butir, tekstur juga mempengaruhi kecepatan pemboran.

d)     Struktur batuan
Struktur batuan seperti patahan, rekahan bidang pelapis, jenis batuan, dip, strike, semuanya mempengaruhi kekuatan struktur batuan. Struktur batuan akan berpengaruh terhadap kelurusan lubang bor dan kecepatan pemboran.
e)      Breaking Characteristic
Breaking characteristic merupakan ukuran relative untuk menentukan tahanan batuan terhadap penghancuran. Setiap jenis batuan mepunyai sifat khusus dan derajat kerusakan yang berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral dan strukturnya.
f)       Rock Drillability
Rock Drillabiliti adalah kecepatan penetrasi ( penembusan ) mata bor kedalam batuan. Rock drillabiliti merupakan fungsi dari beberapa sifat batuan seperti : komposisi mineral, tekstur ukuran batuan dan lain-lain.

Defenisi Pemboran pada Kegiatan Penambangan
Pekerjaan pemboran dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain pemboran untuk lubang ledak, pemboran air dan pemboran  inti (coring). Pemboran untuk lubang ledak dan pemboran inti dapat dilaksanakan di tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Adapun jenis-jenis alat bor yang digunakan banyak ragamnya, yaitu tumbuk (percussing), putar (rotary) dan kombinasi tumbuk dan putar (rotary-percussing).
Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran merupakan pertama kali yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah lubang ledak dengan geometri dan pola yang sudah tertentu pada masa batuan, yang selanjutnya akan diisi dengan bahan peledak yang akan diledakan.
Peledakan itu sendiri bertujuan untuk membongkar batuan atau material yang keras dengan menggunakan campuran bahan–bahan kimia untuk memicu terjadi peledakan.
Kegiatan peledakan pada penambangan batubara dilakukan dengan tujuan menunjang operasi penggalian yang dilakukan Excavator, karna tujuan dari peledakan itu sendiri membuat fragmentasi sehinga dapat menghasilkan rekahan pada batuan, yang dapat memudahkan dalam proses penggalian batuan tersebut.

Faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja pemboran.
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator .
1.      Sifat batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan metode pemboran.


a.       Kekerasan
Kekerasan  adalah   tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat–sifat teknis dari material batuan dan juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. Kekerasan merupakan suatu fungsi dari kekerasan, Komposisi butiran mineral, serta merupakan hal yang utama harus diketahui, karna setelah mata bor menetrasi batuan, maka akan menentukan tingkat kemudahan pemboran.
b.      Kekuatan ( Strength )
Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineral. Diantara mineral–mineral yang terkandung di dalam batuan, kwarsa yang terkompak atau terkuat tekan mencapai lebih 5,00 MPa, sehingga semakain tinggi kandungan kwarsa, akan memberikan kekuatan yang menigkat.
c.       Elastisitas
Sifat elatisiatas dinyatakan dengan modulus elatisitas atau modulus Young ( E ), dan nisbah poisson (u) modulus elatisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan relatif, sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan regangan lateral dan reganagn aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya, porositas, jenis perpindahan dan besarnya beban yang diterapkan. Nilai modulus elastisitas untuk  batuan yang sangat rendah, hal ini disebapkan komposisi mineral dengan tekturnya, seperti modulus elastisitas pada arah yang sejajar bidang perlapisan selalu lebih besar dibandingkan dengan arah tegak lurus.
d.      Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan dan diperbaharui oleh adanya pertambahan kwarsa dan mineral lain.
              Tabel 5 : Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen
Batuan Sedimen
Modulus Elastisitas
104 x (MPa)
Nisbah
Poisson
Porositas
Dolomit
1,96 – 8,24
0,08 – 0,2
0,27 – 4,10
Limestone
0,98 – 7,85
0,1 – 0,2
0,27 – 4,10
Sandstone
0,49 – 8,43
0,066 – 0,125
1,62 – 26,40
Shale
0,8 – 3,0
0,11 – 0,54
20,0 – 50,0


e.       Abrasitas
Abrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi kehausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan kwarsa dari batuan biasanya petunjuk yang dipercaya untuk mengukur kehausan mata bor.
a)      Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kwarsa mempunyai tingkat abrasi yang tinggi.
b)      Bentuk butir, bila bertuk butir tersebut tidak teratur atau lebih abrasive disbanding dengan bentuk bulat.
c)      Ukuran butir.
d)     Porosita batuan.
e)      Ketidaksamaan, batuan poli mineral sekalipun mempunyai kekerasan sama akan abrasive karena meningkatakn permukaan kasar.
f.       Tekstur
Tektur suatu batuan menujukan hubungan antara minieral-mineral penyusutan batuan, sehingga dapat di klafikasikan berdasarkan sifat-sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga mempengaruri pemboran. Jika butiran berbentuk lembaran, pemboran akan lebih sulit di banding dengan permukaan bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan mempunyai bobot isi rendah sehingga lebih mudah jika dibor.
g.      Struktur geologi
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan berpengaruh kepada penyesuaian kelurusan lubang ledak.adanaya rekahan–rekahan dan rongga–rongga dalam batuan seperti di batu gamping sering mempersulit kinerja pemboran, karena batang bor dapat terjepit.
h.      Karakteristik pecahan
Karakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu di kenai palu. Masing–masing tipe batuan mempunyai karakteristik pembongkaran yang benareka ragam dan derajat pembongkaran berhubungan dengan tektur, komposisi mineral struktur.
2.      Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah  temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.
3.      Umur dan Kondisi Mesin bor
Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin turun.
4.      Ketrampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.
5.      Geometri pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak, kemiringan lubang ledak dan pola pemboran.

a.  Diameter lubang ledak
Pemilihan diameter lubang ledak secara tepat pada suatu rancanagan peledakan memerlukan dua bagian pernilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan dari efek lubang ledak terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang dan getaran tanah, sedangkan yang kedua adalah mempertimbangkan faktor ekonominya. Diamaeter lubang ledak berpengaruh pada penutupan burden dan jumlah bahan peledak yang dipakai pada setiap lubang ledak.
b.Kemiringan lubang Ledak
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak dan lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang menerapkan lubang ledak tegak, maka gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang, sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan timbulnya  tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada lobang ledak miring akan membentuk bidang bebas lebih luas, sehingga mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang menjadi lebih kecil.





 







                                         Gambar 28.  Lubang ledak vertikal dan Miring
Ket:
B            = burden
L                        = kedalaman kolom lubang ledak
S             = spacing
T             = penyumbat (stemming)
H            = tinggi jenjang
PC          = isian utama (primary charge atau powder column)
J             =subdrilling

      Keuntungan dan kerugian dari penggunaan  kedua sistem tersebut sebagai berikut :
a)      Keuntungan dari lubang ledak miring adalah :
(1). Fragmentasi dari hasil tumpukan peledakan yang dihasilkan lebih baik, karena ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relatif seragam
(2). Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif rata.
b)      Kerugian dari lubang ledak miring adalah sebagai berikut :
(1). Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut devisiasi yang dibentuk semakin besar.
(2).  Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak.
(3). Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antara lubang ledak, serta dibutuhkan banyak ketelitian dalam pembuatan lubang ledak, sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat.
c)      Keuntungan lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :
(1). Pemboran yang dilakukan lebih mudah dan akurat.
(2). Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika dibanding dengan lubang ledak miring.
d)     Kerugian lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :
(1).  Kemungkinan akan timbul tonjolan pada lantai jenjang.
(2). Kemungkinan timbulnya retakan kebelakang jenjang (back break) dan getaran tanah lebih besar.
(3). Lebih banyak menghasilkan bongkahan pada derah stemming.
c.                                                 Pola Pemboran
Pola pemboran merupaka salah satu tahapan  yang penting dalam pelaksanaan oprasi peledakan. Penerapan pola pemboran tertentu akan mempengaruhi jumlah batuan yang akan diperoleh per meter pemboran. Secara garis besar pola pemboran yang pakai pada kegiatan pemboran adalah :
a)      Pola pemboran sejajar (paralel pattern)
(1). Bujur Sangkar (square pattern)
(2). Empat Persegi Panjang (Rectangular Pattern)

b)       Pola pemboran selang- seling (srtaggred pattern)








Gambar 29. Sketsa Pola Pengeboran Pada
 Tambang  Terbuka


 
 


















Pola pemboran sejajar adalah pola penempatan lubang–lubang ledak yang sejajar pada setiap kolomnya. Pada pola bujur sangkar ukuran spasi dan burden mempunyai ukuran yang sama panjang. Pola peledakan yang tepat untuk pola ini adalah pola peledakan V delay atau system penyalaan beruntun. Sedangkan pola pemboran empat persegi pajang dimana ukuran spasi dalam satu baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi panjang
Pada pola persegi panjang daerah yang tidak terkena pengaruh ledakan cukup besar sehingga hasil fragmentasinya kurang baik. Biasanya pola peledakan persegi panjang di kombinasikan dengan pola peleakan baris demi baris ( delay row by row ).
  Sedangkan pola pengeboran selang–seling adalah penempatan lubang ledak secara selang-seling pada setiap kolomnya. Pola ini lebih dikenal pola pemboran zig-zag,  pola ini pada umumnya dikombinasikan dengan delay row by row.
1.      Keuntungan pola pemboran  :
A.    Pola Bujur Sangkar
a)      Lebih mudah dalam menentukan titik yang akan dibor, karena ukuran spasi dan burdennya sama sehingga penempatan alat bor tidak membutuhkan waktu yang lama
b)      Pengaturan waktu tunda peledakan pada pola Bujur sangkar adalah V delay, sehingga hasil peledakan terkumpul pada suatu tempat tertentu.
B.     Pola pemboran selang-seling.
a)      Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang baik sehingga batuan yang tidak terkena pengaruh ledakan kecil.
b)      Delay yang digunakan tidak terlalu banyak karena dalam satu baris atau row lubang ledak diberi nomor delay yang sama.

2.      Kerugian dari pola pemboran  :
A.    Pola Pemboran Bujur Sangkar
a)      Volume batuan yang terkena pengaruh ledakan lebih besar sehingga kemungkinan pada hasil peledakan masih ditemukan bongkahan batuan (boulder)
b)      Secara teoritis, semakin banyak lubang ledak semakin banyak pula nomor delay.
B.     Pola pemboran Selang-seling.
a)      Kesulitan dalam penempatan titik bor, karena titik bor yang dibuat tidak sejajar dengan baris yang berlainan.
b)      Hasil peledakan akan menyebar karena peledakanya serentak pada garis yang sama tapi pada baris yang berlainan diledakan secara tunda.

Dalam merencanakan pola pemboran yang akan digunakan dilapangan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain kondisi lapangan yang akan di ledakan, jenis detonator yang akan dipakai antara lain menyangkut panjang dari detonator itu sendiri dan banyak faktor lagi yang mempengaruhi.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan pada jenis batuan kompak, menunjukkan bahwa fragmentasi hasil peledakan menggunakan pola selang–seling lebih baik dari pada pola sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran selang-seling jauh lebih optimal dalm mendistribusikan energi peledakan yang bekerja dalam batuan.
d.                                                Burden
Burden merupakan jarak tegak lurus antara lubang tembak terhadap bidang bebas yang paling dekat, burden merupakan dimensi yang terpenting didalam peledakan, karena burden digunakan untuk menentukan geometri peledakan yang lainnya. Dalam menentukan burden ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
a)      Burden harus merupakan jarak dari muatan (charges) tegak lurus terhadap free face terdekat dan arah dimana pemindahan akan terjadi.
b)      Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan, karakteristik bahan peledakan dan parameter lainnya.


 



                                                                        



  Gambar  30. Burden

e.                                                 Spacing
Spasing adalah jarak antar lubang tembak dalam satu baris dan di ukur sejajar terhadap dinding teras (jenjang), hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentapan spacing adalah :
a.                                     Pola peledakan yang ditetapkan.
b.                                    Fragmentasi yang di inginkan.
c.                                     Besarnya burden.
d.                                    Delay interval.
e.                                     Kedalaman lubang tembak.







Gambar 31. Spacing

Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah sebagai berikut :
a.       Spacing    = 2B , untuk peledakan serentak dalam satu baris.
b.      Spacing  = 1B, untuk peledakan berurutan dalam satu baris             dengan selang waktu yang lama (second delay).
c.       Spacing = 1-2B, bila lubang–lubang dalam satu baris di ledakan secara beruntun dengan selang waktu yang singkat (milli second delay ).
d.   Spacing  = 1,2-1,8 B, untuk peledakan pada batuan yang terdapat “ joint ”yang letaknya tidak saling tegak lurus.
e.    Spacing     = 1,15 B, untuk peledakan yang menggunakan pola  Equilateral” daan berurutan pada garis yang sama.
f.       Spacing     = 1,2 -1,4 B, untuk peledakan beruntun dalam satu garis yang sama.  
      
f.                                                 Subdrilling
Subdrilling adalah kelebihan panjang lubang tembak yang terdapat di bawah lantai teras (jenjang) yang mempunyai panjang lebih kurang 0,3 B, tujuan pembuatan subdrilling adalah untuk mendapatkan  permukaan lantai teras yang baik dan tidak terjadi tonjolan ( toe ) pada permukaan lantai tersebut setelah peledakan, sehingga kegiatan tidak mengganggu aktivitas selanjutnya.
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lobang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah miring, arah lobang ledak ini berpengaruh terhadap aktifitas  pemboran.
Bila suatu jenjang dibor dengan arah lobang bor tegak lurus, maka pada ketinggian yang sama dengan arah lobang ledak miring, mempunyai kedalaman lobang ledak yang kecil, sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan pemboran juga menjadi lebih singkat. Hal ini berpengaruh terhadap waktu edar alat bor maka waktu total untuk membuat suatu lobang ledak akan lebih semakin kecil.
Sebaliknya bila suatu jenjang dibor dengan arah lobang ledak dibuat miring, maka pada ketinggian jenjang yang sama dengan arah lobang ledak yang tegak lurus akan mempunyai kedalaman lobang ledak yang lebih besar, sehingga waktu yang digunakan untuk pemboran menjadi lebih besar.
Pembuatan lobang ledak miring, sebelum dilakukan pemboran diperlukan   waktu  untuk menentukan besarnya kemiringan batang bor agar sesuai dengan kemiringan lobang ledak yang telah direncanakan, sehingga waktu pemboranpun menjadi lebih besar

6.      Merencanakan Pemboran
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan pemboran adalah sebagai berikut :
1)      Pembersihan atau meratakan areal, yang mana bertujuan untuk mempermudah pergerakan mesin bor dari satu lobang ke lobang yang lainya.
2)      Pemasangan tanda kerja pada seam yang akan dikerjakan, berupa plang nama yang bertujuan agar orang yang tak berkepentingan dilarang memasuki areal drill.
3)      Pengukuran dan penandaan titik pemboran yang mana dilakukan oleh helper atau orang yang membantu dalam kelancaran kegiatan pemboran, pengukuran pertama kali dari bidang bebas atau Free.

a.      Produksi mesin bor
Produktivitas mesin bor untuk menyediakan lubang ledak menyatakan berapa volume atau berat batuan yang dapat dicakup oleh lubang ledak dalam waktu tertentu, sehingga produktivitas mesin bor dinyatakan dalam volume atau berat persatuan waktu (m3/jam, ton/jam). Ini dengan anggapan bahwa seluruh volume cakupan lubang ledak itu akan terbongkar ketika diledakkan. Produktivitas mesin bor ini sangat dipengaruhi oleh geometri dan pola pemboran, kecepatan pemboran, dan efesiensi kerja alat
1)        Geometri dan pola pemboran
Geometri dan pola pemboran secara terpadu dalam rancangan peledakan. Geometri pemboran meliputi:
a)                        Diameter  (Æ)
b)                        Burden (B)
c)                        Spasi antar lubang ledak (S)
d)                       Kedalaman lobang ledak (H)
e)                        Kemiringan (a)
2)        Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : geologi, sifat fisik batuan, penyebaran tegangan dan struktur internal, ada tiga prosedur yang dapat dipakai untuk menentukan kecepatan pemboran yaitu :
a.    Pengujian di laboratorium.
b.    Perhitungan kecepatan penetrasi berdasarkan kuat tekan batuan.
c.    Estimasi berdasarkan siklus pemboran.
adapun persiapan yang dilakukan untuk pengamatan siklus pemboran adalah sebagai berikut:
1.      Buatlah kesepakatan dengan Supervisor, juru ledak, dan juru bor bahwa saudara akan mengamati siklus pemboran untuk estimasi produktifitas mesin bor.
2.      Tentukan lokasi front penambangan dan skedul kerja pengamatannya.
3.       Catat spesifikasi dan kondisi mesin bor, jenis dan diameter mata bor, dan pajang batang bor.
4.      Catalah geometri, jumlah dan pola pengeboran yang akan dilakasanakan pada hari itu.
5.      Siapkan boring pengamatan.
6.      Siapkan meteran dan stopwatch, serta pensil.
 Dengan anggapan bahwa mesin bor sudah siap di lapangan, maka prosedur pengamatan komponen waktu dan kegiatanya adalah sebagai berikut :
1)      Waktu untuk mengambil posisi mesin bor ke titik pemboran (positioning  time, Pt ).
2)      Waktu untuk member dengan batang bor ( boring time, Bt).
3)      Waktu untuk meniup cutting, mengangkat, melepas dan menyambung batang bor ( stoping time, St).
4)      Waktu untuk mengatasi hambatan (pindah track dan menegakan jack/kaki hidraulik ) ( delay time, Dt).
5)      Cycle time
6)      Ukur dan catat kedalaman lobang bor yang dicapai.
7)      Buatlah sketsa pola pengeboran yang dihasilkan ( kemudian bandingkan dengan rencana pola pemboran) kompenen waktu dinyatakan dalam detik.
Tabel 6 : Contoh tabel pola hasil pemboran dan sketsa pola pemboran
No
No Lubang Ledak
Height Rencana   (meter)
Height Realisasi (meter)
Burden rencana ( meter)
Burden Realisasi (meter)
Spasi Rencana (meter)
Spasi Realisasi (meter )
1
1






2
2






3
3






























n
n






Volume batuan yang akan diledakan tergantung pada burden, spasi, tinggi jenjang  dan jumlah lubang ledak yang tersedia (n). Prinsip volume yang akan diledakan adalah perkalian burden (B), spasi (S) dan tinggi jenjang atau kedalaman lubang bor (H) yang hasilnya berupa balok, maka volume batuan yang akan diledakan dapat dicari dengan rumus :
a)       Volume peledakan perlubang        = B × S × H (panduan kursus      juru ledak, 2009:31)
b)       Total volume peledakan                 = B × S × H × n (panduan kursus  juru ledak, 2009:31)

Tabel 7 : Contoh borang pengamatan siklus pemboran
No
Pt
Detik
Bt1
Detik
St1
Detik
Bt2
Detik
St2
Detik
Dt
Detik
Ct
Detik
Ct
 Menit
1








2








3

















N









 








Waktu siklus pemboran adalah waktu yang dibutuhkan mesin bor untuk menyelesaikan suatu lobang bor. Siklus pemboran (cycle time, Ct) untuk :
Stang bor tunggal :
Ct = Pt + Bt + St + Dt

Stang bor ganda:
Ct = Pt+Bt1 +St1+Bt2+St2+Dt
Siklus pemboran rata-rata :
Ctr =
Kedalaman lubang bor rata-rata
Hr =  
n = Jumlah Pengamatan

Kecepatan pemboran rata-rata :
            Drr =  
Keterangan :
Drr = kecepatan rata-rata, meter / menit
Hr = kedalaman lobang bor rata-rata, meter
Ctr = Waktu siklus rata-rata, menit


3)        Efesiensi kerja alat
Efisiensi kerja pemboran dinyatakan persen waktu produktif terhadap waktu kerja yang terjadwal. Waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran. Jadi efisiensi kerja dapat dinyatakan :
 
Keterangan :
Ek  : Efisiensi waktu pemboran, %
WP : Waktu yang digunakan untuk kerja pemboran, menit
WT : Jumlah waktu terjadwal, menit

4)        Volume Setara
Volume setara (equivalent volume, veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman lobang ledak yang dinyatakan dalam m3/ m.
Veq =    
Keterangan :
Veq   : volume setara (m3/ m)
V       : volume batuan yang diharapkan terbongkar, m
H       : kedalaman lobang ledak, m

Produksi mesin bor tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan penggunaan efektif mesin bor. Produksi mesin bor dinyatakan dalam m3/jam. Maka  persamaan produksi mesin bor adalah:
P = Drr x Veq x Ek x 60

Keterangan:
P        : produksi mesin bor, m3/jam
Drr     : kecapatan pemboran rata-rata, m /menit
Veq   : Volume setara, m3/m
Ek      : efesiesi kerja pemboran, %
60      : 1 jam dinyatakan dalam menit

5)        Perhitungan biaya pemboran
Merupakan biaya yang timbul  akibat dilakukannya kegiatan pemboran, dan biaya-biaya yang dihasilkan tersebut dapat menentukan efektifnya pekerjaan dalam kegiatan pemboran.
Biaya pemboran per meter dihitung dengan persamaan berikut:
                    
Keterangan :

Biaya Tak Langsung :
CA :  Depresiasi
CI : Biaya Bunga, Pajak, Asuransi
 Biaya Langsung :
Cm : Perawatan
Co : upah kerja
 Ce : biaya bahan bakar
 Cl : Pelumas dan grease
 Ca : biaya mata bor
 Vm : kecepatan pemboran rata-rata (m/jam)
Depresiasi
Bunga,Pajak,Asuransi dan strage
AAI   =x Total harga alat



6 komentar:

  1. untuk rumus volume setara penulis mengkutip dari buku siapa? mohon informasinya

    BalasHapus
  2. gambarnya lobang ledknya ga keliahatan/ga ada

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. LuckyClub Casino Site - Live Dealer Gambling and Games
    Find your lucky luckyclub club casino with the best casino experience in Live Roulette, Blackjack, Baccarat, Poker, Roulette, Slots, Video Poker.

    BalasHapus
  5. Play Slots Online - JTHub
    Try your 서귀포 출장안마 luck at one of the 상주 출장마사지 best live casino games with jackpots 평택 출장안마 from 안양 출장마사지 Microgaming. Take advantage of the 대전광역 출장마사지 unique and fast payouts at JTGBET.

    BalasHapus